Reality Magazines – Setelah sempat menghebohkan dunia maya Indonesia sejak 2020, identitas sosok misterius di balik akun hacker Bjorka mulai terungkap. Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya resmi menangkap seorang pria berinisial WFT, berusia 22 tahun, asal Minahasa, Sulawesi Utara. Penangkapan ini merupakan hasil investigasi panjang terkait dugaan pembobolan data jutaan warga dan lembaga yang dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
“Baca Juga: Apple Vision Pro 2 Bocor, Bawa Spesifikasi Mirip Versi Awal”
Berawal dari Laporan Pembobolan Data Nasabah Sebuah Bank
Kasus ini bermula dari laporan sebuah bank swasta pada Februari 2025 terkait dugaan pembobolan data sekitar 4,9 juta nasabah. Dalam aksinya, pelaku mengunggah sebagian data ke media sosial sebagai bukti pemerasan terhadap pihak bank. Ia menggunakan akun Twitter/X dengan nama pengguna @bjorkanesiaaa untuk mengunggah data pelanggan dan mengancam akan menjualnya di forum dark web jika bank tidak merespons tuntutannya.
Pihak bank menolak melakukan pembayaran dan melaporkan kasus ini ke pihak berwajib. Investigasi pun dimulai dan berlangsung selama lebih dari enam bulan. Pelaku menggunakan sejumlah akun berbeda di berbagai platform seperti X, Instagram, TikTok, dan Facebook untuk menyamarkan identitas dan aktivitasnya. Pada 23 September 2025, polisi berhasil membekuk WFT di rumahnya yang terletak di Kecamatan Kakas Barat, Minahasa.
Gunakan Banyak Nama Samaran Sejak Tahun 2020
Menurut keterangan AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kasubdit IV Siber Polda Metro Jaya, WFT telah aktif sejak tahun 2020. Ia tercatat menggunakan beberapa nama akun berbeda seperti Bjorka, Skywave, ShintHunter, dan Opposite6890. Semua akun tersebut digunakan untuk berkomunikasi, menawarkan data pribadi, serta melakukan transaksi di forum gelap.
Nama Bjorka sendiri mulai dikenal publik pada 2020 saat akun tersebut mengklaim berhasil meretas data dari sejumlah lembaga pemerintah dan swasta. Beberapa targetnya bahkan termasuk tokoh politik penting, seperti Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, Johnny G. Plate, serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.
Polisi Belum Pastikan WFT Sebagai Sosok Bjorka yang Sebenarnya
Meski WFT mengakui telah menggunakan nama Bjorka untuk melakukan aksinya, pihak kepolisian belum sepenuhnya yakin bahwa ia adalah sosok utama di balik nama tersebut. Menurut pernyataan dari salah satu penyidik, Fian, identitas hacker di dunia maya sangat sulit dipastikan.
“Mungkin, apakah dia Bjorka tahun 2020? Mungkin. Apakah dia Opposite 6890 yang dicari? Mungkin,” ujar Fian dalam konferensi pers. Ia menambahkan bahwa dunia siber memungkinkan siapa pun untuk menggunakan identitas siapa saja. Oleh karena itu, proses pendalaman dan analisis digital forensik masih terus dilakukan untuk memastikan keterlibatan WFT secara lebih menyeluruh.
“Baca Juga: iPhone Air Tawarkan Storage Tetap, Tidak Bisa Dimodifikasi”
Kasus Bjorka Ungkap Pentingnya Keamanan Data Digital di Indonesia
Penangkapan WFT menjadi momen penting dalam penegakan hukum dunia siber di Indonesia. Kasus ini menunjukkan bahwa ancaman terhadap keamanan data pribadi terus meningkat, terutama di era digital yang serba terhubung. Lembaga keuangan, institusi publik, dan pengguna individu semakin perlu meningkatkan sistem pertahanan data dan kesadaran akan risiko kebocoran informasi.
Hingga kini, pihak kepolisian masih menelusuri kemungkinan adanya pelaku lain yang terlibat atau turut menggunakan identitas Bjorka. Proses hukum terhadap WFT pun masih berjalan, dan penyelidikan terhadap jejak digitalnya akan menentukan langkah selanjutnya. Kasus ini sekaligus menjadi pengingat bahwa identitas digital sangat mudah dimanipulasi, dan setiap aktivitas daring bisa meninggalkan jejak yang suatu saat akan terungkap.




Leave a Reply