Reality Magazines – Penggunaan kecerdasan buatan dalam industri game terus berkembang. Dan Elon Musk ikut masuk ke dalam tren tersebut melalui perusahaannya, xAI. Pada November 2024, Musk mengumumkan rencana untuk membentuk studio game berbasis AI dengan misi ambisius: “membuat game kembali hebat.”
“Baca Juga: Google Bungkam Soal Celah Keamanan di Gemini”
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Februari 2025, Musk kembali menegaskan keseriusannya dalam proyek ini. Kemajuan studio xAI terlihat pada 6 Oktober 2025, ketika Musk mengutip sebuah unggahan dari akun X @cb_doge. Dalam unggahan tersebut, Musk mengklaim bahwa xAI akan merilis game buatan AI yang hebat sebelum akhir tahun 2026.
Pernyataan itu disertai video cuplikan dari sebuah game tembak-tembakan militer. Game ini dikembangkan menggunakan Grok Imagine, alat AI generatif milik xAI yang dirancang untuk produksi konten multimedia seperti gambar dan video interaktif. Grok Imagine menjadi bagian penting dari visi Musk untuk menciptakan video game secara otomatis dengan bantuan teknologi AI.
Klaim ini menandai salah satu upaya paling serius dalam menciptakan game secara penuh menggunakan AI, mulai dari desain visual hingga mekanisme gameplay. xAI tampaknya ingin membuktikan bahwa kecerdasan buatan bisa menjadi kreator utama. Bukan sekadar alat bantu dalam pengembangan game modern.
Reaksi Publik Negatif, Game AI Dinilai Tak Bernyawa dan Terlalu Generik
Meski ambisi xAI mencuri perhatian, cuplikan awal game buatan AI tersebut langsung menuai kritik dari komunitas gamer dan netizen. Banyak yang menganggap visual game tampak generik, datar, dan kurang kreativitas. Efek suara, terutama tembakan senjata, juga dinilai lemah dan tidak realistis, menambah kesan bahwa proyek ini belum matang.
Beberapa pengguna media sosial secara terbuka mempertanyakan siapa yang akan memainkan game yang sepenuhnya dikembangkan oleh AI. Kritik tersebut mencerminkan sentimen umum terhadap penggunaan AI dalam industri game, di mana banyak gamer menganggap AI lebih merusak kreativitas daripada meningkatkan kualitas.
Skeptisisme ini bukan hal baru. Sejak awal kemunculan AI dalam pengembangan game, banyak komunitas gaming menyuarakan kekhawatiran terhadap hilangnya sentuhan manusia dalam desain dan narasi. Kreativitas, emosi, dan imajinasi sering dianggap sebagai elemen yang sulit ditiru oleh sistem AI.
“Baca Juga: Ferrari Siap Luncurkan Kendaraan Listrik Pertama Tahun Depan”
Hingga kini, belum ada satu pun perusahaan yang berhasil merilis game yang sepenuhnya dikembangkan oleh AI dan diterima secara luas oleh pemain atau komunitas teknologi. xAI bukan satu-satunya yang bereksperimen dengan konsep ini, namun mereka menjadi yang paling vokal dalam menyuarakan potensinya.
Jika Musk berhasil mewujudkan janjinya, peluncuran game ini bisa menjadi momen penting dalam sejarah pengembangan game berbasis AI. Namun untuk mencapai itu, xAI harus membuktikan bahwa AI mampu menciptakan pengalaman bermain yang tidak hanya berfungsi, tetapi juga mampu menyentuh sisi emosional pemain.
Waktu akan menjawab apakah game buatan AI benar-benar bisa bersaing dengan karya kreatif manusia, atau justru hanya menjadi eksperimen teknologi yang tak diminati pasar.




Leave a Reply